Menunggu

Orkes berjubah itu senantiasa menjamu dirimu.
Dengan jas berwarna hitam juga dasi kupu-kupu kau berdiri di takhta tertinggi.
Ribuan tamu menampakkan senyum dibalik make up tebal miliknya.
Mengabaikan racun yang bercampur di setiap suap yang kau makan.

Satu tahun.
Dua tahun.
Tiga tahun.
Empat tahun.

Kau masih saja naif akan senda gurau belaka.
Dengan kemunfaikan kau bermandi madu di kolam emas milikmu.
Hingga suara derai mu memenuhi ruang kosong tak bertuan.
Bersama paradoks yang dulu kau ciptakan begitu angkuh.

Kau puji Tuhan mencintai mu yang telah lama pergi.
Sebab berlimpahnya harta dan tahtah dibawah kaki mu.
Hingga dinding delusi mu hancur oleh resonansiNya.
Bahwa Tuhan hanya menunggu waktu yang tepat untuk menjatuhkan mu.

Komentar

Postingan Populer