Kamu

Dibawah langit berawan,
Kau menyisiri jalan setapak.
Bersama gigi yang terkikir rapih,
Kau lemparkan tawa renyah.

Namun aku hanya mampu menatapmu,
Berdiri jauh dari tempat mu berpijak.
Jemari hendak meraih,
Bibir berkata lirih.

"Aku menyukai tawa mu."

Lalu kau mainkan okestra untuk burung gereja,
Dan mengajarinya menari di udara.
Menumbuhkan berbagai bunga,
Dengan menebar benih cinta di taman yang gersang.

Namun aku hanya sanggup mendengar senandung mu,
Dengan mata tertutup kunikmati suaramu.
Untuk kali kedua jemari hendak meraih,
Bibir pun berkata lirih.

"Aku menyukai suara mu."

Lalu kau pamit pada penghuni taman,
Melambaikan satu tangan indah mu.
Bersama mata yang setengah tertutup,
Kau berikan senyum terakhirmu.

Dan untuk terakhir kali pula aku mengikutimu,
Ikut melambaikan tangan dan membalas senyum mu.
Walau kaki hendak berlari,
Namun tubuh tak kuasa meraih.

"Aku menyukai senyum mu."

Komentar

Postingan Populer