Reinkarnasi

Langkah kaki itu terhenti dibibir goa.
Memalingkan wajahnya sekali lagi ke dalam ruang gelap, dingin.
Memandang tajam dan menyapu seluruh ruang kosong, hening.
Samar simpul diwajah dengan mata yang berkaca-kaca, bernostalgia.

Ia menatap lurus taman yang penuh bunga diujung goa.
Dan melanjutkan langkah yang sempat terhenti untuk sekedar pamit.
Ia tidak benci, ku tahu itu saat ia berterima kasih padanya kemarin.
Ia juga tidak ingin melupakan, ku tahu saat kalung itu masih terkait di lehernya tadi pagi.

Walau nyatanya ia kini benar-benar pergi.
Bukan, ia hanya tidak benar-benar datang.
Sulit untuk dipahami memang.
Dan aku juga tidak benar-benar mengerti.

Mungkin sorot matanya sesekali melirik goa itu.
Langkah kakinya pun acapkali mendekati bibir goa.
Tetapi aku tahu, ia hanya ingin mengenangnya sesekali.
Dan mengucap terimakasih berulang kali.

Ia tidak tinggal.
Pun ia tidak kembali.
Juga tidak pergi.
Ia hanya melangkah menuju tempat yang ia yakini.
Ia sesekali mengucap salam dan terimakasih.

Dan aku?
Aku hanya bagian dari ia.
Yang ku ceritakan padamu malam ini.
Ia adalah diriku yang kini telah bereinkarnasi menjadi sosok yang aku ingini.

Komentar

Postingan Populer