Hari Ke(me)nangan

Suara-suara hikmat bersenandung dari semalam.
Melantunkan kemenangan untuk kami seluruh umat yang merayakan hari kemenangan.
Sesekali terdengar suara batuk dari megafon terdengar nyaring.
Mungkin dia butuh segelas jus segar, fikirku.

Suara para bocah terdengar lebih nyaring dari perapian.
Bermain kejar-kejaran, jatuh, tertawa bersama dan sedetik kemudian kembali bermain.
Sesekali seruan ibu-ibu panik melengkingkan telinga, "berhenti!" katanya.
Ah untuk menyambut kebahagian seharusnya tak ada jam malam.

Kebahagiaan?
Ku terdiam dalam ingatan.
Dulu di hari kemenangan yang sama juga ada kebahagiaan.
Dan dulu di hari kemenangan yang sama juga ada harapan.

Sayur babanci telah selesai di panaskan.
Rendang, opor ayam, ayam goreng dari tadi menyuruh siapa saja untuk menyantap.
Canda-tawa menambah hikmat hari kemenangan.
Ah tapi itu dulu.

Dulu, sebelum hari kemenangan menjadi hari yang ku takuti.
Takut akan kenangan lama kembali menyapa.
Takut akan kerinduan padanya semakin mencekik.
Takut hari itu kembali datang dan mengambil mereka yang ku cinta.

Komentar

Postingan Populer