Munafik

Hawa dingin menusuk bagian epidermis.
Ruang sempit mencekik rongga leher yang basah oleh peluh.

Gelap.
Ku raba seisi ruang.
Kosong.
Hanya angin yang dapat ditepis.

Peluh dipipi membanjiri tudung hitam yang ku kenakan.
Lari mencari pintu keluar.
Nihil.
Ruang ini tak berujung, fikirku.

Ku tutup kedua bola mata ku.
Ku rengangkan tubuh yang kian kaku.
Dan ku buka kedua mataku.
Sama. Mengapa masih disini?

Ku tutup dan ku buka sepersekian detik kedua mataku untuk memastikan.
Terus mengusap mata yang basah oleh keputus-asaan.

Gelap.
Ku raba seisi ruang untuk sekian kali.
Kosong.
Dan sekali lagi hanya angin yang dapat ku tepis.

Ah ku fikir hanya senda gurau dunia yang fana.
Ternyata kemunafikan yang berselimut rapi oleh sukacita realitas.

Komentar

Postingan Populer