Revival

Aku terbangun di tempat yang sama.
Tanpa lampu sebagai penerang dikala malam datang.
Tanpa perapian sebagai penghangat dikala dingin menyerang.
Dan tanpa alas sebagai tempat dikala tubuh lelah akan kesendirian.

Aku mencintainya seperti orang bodoh.
Lupa bahwa ia telah banyak menyakiti dan meninggalkan.
Aku menunggunya seperti orang gila.
Lupa bahwa ia telah banyak berjanji dan mengingkari.

Aku terjebak di waktu yang sama.
Di waktu teriknya matahari menghangatkan.
Di waktu derasnya hujan menyejukkan.
Dan diwaktu langit tanpa awan menentramkan.

Ia kini terlalu jauh untuk dijangkau dan ia enggan untuk kembali.
Ia kini telah bahagia untuk menjalani hidup dan ia enggan untuk tersakiti.
Ia juga telah memiliki untuk mengganti yang telah hilang dan ia enggan untuk mengulang.
Ia menuju tempat yang selama ini ia ingin dan ia enggan untuk berpulang.

Aku juga terjebak dirasa yang sama.
Rasa kebahagiaan yang dulu terpancar disudut bibir penuh tahi.
Rasa kesedihan yang dulu terlukis dipipi kemerahan.
Dan rasa kehilangan atas kehilangan.

Ku kira waktu berbaik hati untuk menghapus sebuah kenangan.
Walau detik berganti menit.
Walau hari berganti bulan.
Walau musim panas berganti musim hujan.

Ia tetap hidup dengan kenangan yang masih tersisa.
Tetap mengajakku mengulang tak peduli ku berusaha keras untuk melupakan.
Ia masih saja abai akan luka yang telah dan akan ia ukir di hati dan pikiran.
Masih memaksa ku berenang lebih dalam tak peduli ku t’lah terlalu dalam untuk tenggelam..

Komentar

Postingan Populer